Sabtu, 21 Desember 2013

Aneh Saja

Oleh : Hendri
Ada kalanya saya merasa bosan, bosan yang begitu amat kuat menguasai saya. Perjalanan yang begitu melelahkan hari ini, membawaku pada satu kesimpulan bahwa sebuah lembaga, entah itu lembaga pendidikan, lembaga riset, lembaga kajian dan diskusi, bahkan lembaga proyeksi keilmuan terbesar sekalipun, jika dibangun tidak berdasarkan fighting spirit dan kecintaan untuk membaca buku. Maka mereka bukanlah apa-apa.

Terlebih saat pagi tadi menyaksikan langsung kongres kebangsaan yang diadakan Forum Pemred di Hotel Jakarta yang tidak saya pedulikan namanya itu, telah membuat saya sangsi
“Kenapa bisa se-miskin itu gagasan mereka terhadap telaah membaca masa depan bangsa Indonesia ini?”

Sedikit lucu saja mencerna tema “Menggagas kembali haluan bangsa menuju 100 Tahun Indonesia” itu. Yang terjadi bukan malah transfer nilai-nilai pendidikan kepada (saya) sebagai pesertanya, yang terjadi bukan malah rumusan-rumusan teori sebagai agenda konstruksi untuk membangun Indonesia kedepan. Tapi saya merasakan, ini tak lebih dari agenda-agenda politik yang dibalut testimoni-testimoni orang yang memiliki kepentingan termasuk Presiden di dalamnya. Maaf bukan menuduh, tapi ini berdasarkan pembacaan subjektif saya yang meratapi kemelut kecerdasan otak pemuka-pemuka negri ini.

Siapa yang tidak risau, acara mewah yang dihadiri presiden SBY langsung, beserta antek-anteknya seperti Djohan budi, juru bicara KPK itu, sampai ketua umum MPR dan DPD yang tidak kuketahui dan kukenal namanya itu, ditambah lagi kroni-kroni delegasi dari negara-negara yang menyebut negara sahabat. Tak lebih bagi saya sebagai pesta-pesta negara tak berguna yang dibungkus dengan nama yang sedikit bercorak akademis. Munafik itu, politis itu !!

Saya hanya berpikir, jika seandainya anggaran dana semacam tadi di alokasikan kepada pemuda-pemuda kampung-miskin yang tak mampu untuk bersekolah, yang tak mampu menikmati pendidikan seperti kebanyakan anak kota menikmatinya. Betapa sangat membantu untuk kemajuan negri ini?

Untuk siapa saja. Yang muda yang tua, yang miskin dan kaya, mahasiswa atau bukan. Jika sekiranya mengambil keputusan, entah itu keputusan yang berakibat pada perubahan secara massif atau tidak. Diharapkan untuk berpijak pada prinsip kedewasaan, sebab jika tidak. Konsekuensi logisnya, keputusan yang sembarangan itu akan mengakibatkan tujuan tidak tepat sasaran, dan tidak berguna. Seperti busur panah yang jauh dari target pusarannya

11 Desember 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar